Jumat, 06 Januari 2012

Lanjutan (Ayam Hutan XII)

Status Konservasi Populasi ayam hutan di berbagai negara di Asia cenderung terus menurun akibat perburuan dan degradasi habitat. Namun, ancaman paling utama terhadap populasi ayam hutan adalah munculnya polusi genetik yang diakibatkan oleh terjadinya kawin silang secara alami, antara ayam hutan dengan ayam domestik atau ayam hutan dengan ayam peliharaan yang tidak dikandangkan. Oleh IUCN, status ayam hutan merah masih digolongkan sebagai Least Concern dalam daftar merah atau beresiko rendah dari kepunahan, karena daerah sebarannya yang luas dan populasinya yang masih cukup besar. Dalam bahasa daerah setempat, ayam hutan disebut Kasintu (Sunda), Ayam alas (Jawa), Ajem alas (Madura), Manuk Kalek (Bugis). 2. Ayam hutan abu-abu/Grey Junglefowl (Gallus sonneratii Temminck, 1813) Ayam hutan abu-abu adalah jenis ayam hutan endemik yang memiliki daerah sebaran terbatas di India. Ayam jantan memiliki warna dasar tubuh hitam dengan bintik berwarna merah tanah. Bulu di bagian punggung dan dada tumbuh memanjang seperti bulu ayam bekisar, didominasi warna abu-abu dengan pola yang indah. Bulu leher tidak sepanjang bulu ayam hutan merah, berwarna lurik hitam dan kuning. Sebagaimana ayam hutan merah, ayam hutan abu-abu juga menggugurkan bulu lehernya, setelah lewatnya musim berbiak. Nama ilmiah ayam hutan merah, didedikasikan oleh J. C. Temminck, direktur Museum sejarah alam Leiden yang pertama, untuk menghormati penjelajah Perancis, Pierre Sonnerat. Susunan bulu ekor sama dengan ayam hutan merah, kecuali bentuk bulunya yang lebih lebar dengan ujung yang tumpul. Jengger berwarna merah berpial bilah dengan gerigi yang halus. Muka juga berwarna merah dengan sepasang gelambir di bawah dagu. Kaki berwarna merah. Berbeda dengan ayam hutan merah, ayam hutan abu-abu ini tidak mengepakkan sayapnya sebelum berkokok. Profil ayam hutan abu-abu dapat dilihat pada Gambar 24 di bawah ini :
Gambar 24. Ayam hutan abu-abu. Sumber: www.clementsfrancis.com-2007 Ayam betina memiliki warna yang lebih suram. Pial/jengger dan gelambir di kepala tidak ditemukan, sebagaimana ayam hutan merah betina. Bulu bagian atas berwarna kuning kecoklatan bercampur merah tanah, ekornya berwarna coklat kuning kehitaman. Ciri yang paling menyolok adalah bulu dadanya yang tumbuh memanjang dan melebar berwarna putih dengan ring hitam menitari tepi bulu. Pola dan warna bulu dada ini menjadikan ayam hutan abu-abu betina sebagai ayam betina terindah dibandingkan dengan spesies ayam hutan betina lainnya. Profil ayam ini dapat dilihat pada Gambar 25 berikut ini.
Gambar 25. Ayam hutan abu-abu betina. Ayam hutan abu-abu menyukai habitat hutan yang tidak terlalu lebat dengan rumput yang sedikit atau tidak ada rumput sama sekali. Makanannya terdiri dari berbagai macam biji-bijian, buah hutan dan serangga terutama rayap. Musim berbiak berkisar bulan Pebruari hingga Mei. 4 hingga 7 butir telur dierami betina di dalam sarang selama 21 hari. Masyarakat lokal menyebut ayam ini Komri dalam bahasa Rajasthan, Geera kur atau Parda komri dalam bahasa Gondi, Jangli Murghi dalam bahasa Hindi, Raan kombdi dalam bahasa Marathi, Kattu Kozhi dalam bahasa Tamil and Malayalam, Kaadu koli dalam bahasa Kannada dan Tella adavi kodi dalam bahasa Telugu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar